Allah hanya berkata “Kun”, maka jadilah. Apa pelajaran dari ayat ini dari surat Yasin?
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (82) فَسُبْحَانَ الَّذِي بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (83(
“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Allah menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia. Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (QS. Yasin: 82-83)
Penjelasan Ayat
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata bahwa jika Allah mampu membangkitkan yang telah mati, maka jika Allah berkendak sesuatu apa pun itu, pasti terjadi. Karena dalam ayat disebutkan,
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا
“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Allah menghendaki sesuatu”, yang dimaksud sesuatu di sini sifatnya umum (karena kata tersebut adalah bentuk nakirahterletak pada konteks kalimat syarat).
Lalu disebutkan “hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia”, maksudnya jika Allah berkata “kun” (jadilah), maka pasti terwujud, tidak mungkin ada yang menghalangi.
Sedangkan ayat (yang artinya) “Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaaan atas segala sesuatu”, maksudnya Allah yang menguasai segala sesuatu di atas maupun di bawah, semuanya diatur oleh Allah. Maka mengembalikan lagi setelah mati dan membalas mereka merupakan kesempurnaan kuasa Allah. Oleh karenanya disebutkan “dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan”, keyakinan ini tidak ada keraguan lagi sedikit pun. Lihat Tafsir As-Sa’di, hlm. 741.
Turja’un artinya turoddun, yaitu dikembalikan. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim karya ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdussalam As-Sulmi, 3:424.
Enam Alasan dari Surah Yasin untuk Membantah Orang-Orang yang Mengingkari Hari Berbangkit dari Kubur
Pertama: Manusia diciptakan dari tidak ada, tentu Allah mampu membangkitkan setelah mati. Dalam ayat disebutkan,
أَوَلَمْ يَرَ الْإِنْسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ
“Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!” (QS. Yasin: 77)
Kedua: Jika Allah mengetahui jasad yang berkurang di dalam bumi ketika matinya dan manakah yang tersisa, juga Allah mengetahui yang ghaib dan yang nampak, maka jika pengetahuan yang besar seperti ini ada pada Allah, maka tentu Allah mampu membangkitkan orang mati dari kuburnya. Inilah yang disebutkan dalam ayat,
وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ (78) قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ (79)
“Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?” Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Rabb yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.” (QS. Yasin: 78-79)
Ketiga: Allah mampu mengeluarkan api dari kayu yang hijau yang masih basah, maka tentu mengeluarkan mayit dari kubur sangat mudah bagi Allah. Sebagaimana disebutkan dalam ayat,
الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الْأَخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ
“Yaitu Rabb yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu.” (QS. Yasin: 80)
Keempat: Allah mampu menciptakan langit dan bumi padahal langit itu begitu besar, maka membangkitkan manusia dari kuburnya sangat mudah bagi Allah. Dalam ayat disebutkan,
أَوَلَيْسَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ
“Dan tidaklah Rabb yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu?” (QS. Yasin: 81)
Kelima: Allah itu mampu menciptakan segala sesuatu, dari makhluk terdahulu dan makhluk belakangan, menciptakan makhluk yang kecil dan yang besar, semua itu pengaruh dari penciptaan Allah. Karenanya disebut dalam ayat,
بَلَى وَهُوَ الْخَلَّاقُ الْعَلِيمُ
“Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yasin: 81)
Keenam: Allah itu memiliki segala sesuatu, maka untuk mengembalikan dari matinya, mudah bagi Allah. Dalam ayat disebutkan,
فَسُبْحَانَ الَّذِي بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ
“Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaaan atas segala sesuatu.” (QS. Yasin: 83). Lihat bahasan dalam Tafsir As-Sa’di, hlm. 740-741.
Faedah dari Ayat
- Allah itu Maha Pencipta, mampu menciptakan segala sesuatu.
- Allah menciptakan segala apa yang ia kehendaki dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, juga Maha Mengetahui bagaimana menciptakan segala sesuatu.
- Allah menciptakan segala sesuatu dengan kalimat “kun” (jadilah), maka jadilah sesuatu sesuai kehendak Allah.
- Allah disucikan dari kelemahan dan kekurangan (yaitu pada kalimat “fasubhaanalladzi biyadihi malakuutu kulli syai-in …”). Begitu pula Allah tersucikan dari sekutu, anak, dan berbagai sifat kekurangan.
- Allah yang mengatur segala sesuatu, semua berada di bawah kuasa Allah. Oleh karena itu, kita tidak boleh meminta kepada selain Allah, karena Allah-lah yang Maha merajai, tidak ada yang merajai selain Dia.
- Semua akan kembali kepada Allah. Seandainya manusia tidak dikembalikan kepada Allah, tentu penciptaan makhluk jadi sia-sia, tidak berfaedah. Semua kembali kepada Allah tentu untuk dibalas.
- Ayat terakhir berarti mensucikan Allah dari sifat jelek padahal langit dan bumi berada pada kuasa Allah, segala perkara kembali kepada-Nya. Penciptaan dan pengaturan segala urusan adalah kuasa Allah. Begitu pula kita akan kembali pada hari kiamat kepada-Nya. Setiap orang akan diberi balasan untuk amalan yang ia perbuat. Dan ingatlah Allah itu Maha Adil, Pemberi Nikmat, dan Pemberi Karunia. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim karya Ibnu Katsir, 6:360-361.
Masih berlanjut pada kesimpulan dari surah Yasin dan keutamaan surat tersebut insya Allah. Wallahu waliyyut taufiq.
Referensi:
- At-Tashiil li Ta’wil At-Tanziil – Juz-u ‘Amma.Cetakan kedua, Tahun 1424 H. Syaikh Musthafa Al-‘Adawi. Penerbit Maktabah Makkah.
- Aysar At-Tafasir li Kalam Al-‘Ali Al-Kabir.Abu Bakr Jabi Al-Jazairi. Penerbit Darus Salam.
- At-Tafsir Al-Mawdhu’i li Suwar Al-Qur’an Al-Karim.Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Musyrif: Prof. Dr. Musthafa Muslim. Penerbit University of Sharjah.
- Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim. Cetakan pertama, Tahun 1435 H. Syaikhul Islam Izzuddin ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdussalam As-Sulmi. Penerbit Jaizah Dubbi Ad-Dauliyyah Al-Qur’an Al-Karim.
- Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim. Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Tahqiq: Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
- Tafsir As-Sa’di. Cetakan kedua, Tahun 1433 H. Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.
—
Diselesaikan di #darushsholihin, 20 Rajab 1440 H (27 Maret 2019, Rabu sore)
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com